Suara terminal bandara adalah simfoni yang konstan: dentang pengumuman, deru mesin pemindai bagasi, langkah kaki yang bergegas, dan desisan lembut AC. Di Terminal 3 Soekarno-Hatta, sebuah gerbang menuju langit, hiruk-pikuk itu mencapai puncaknya. Ribuan orang melintas, masing-masing membawa cerita, harapan, dan kelelahan perjalanan.
Lalu, di dekat Gate 13, ada sebuah pintu yang menjanjikan ketenangan.
Sebuah plakat sederhana bertuliskan “Blue Sky Lounge” mengundang. Melewati pintu , dunia seolah berganti. Suara terminal tiba-tiba meredam, ditelan oleh dinding kedap suara dan digantikan oleh alunan musik instrumental yang lembut dan menenangkan. Dunia yang serba cepat di luar berubah menjadi ruang yang melambat, di mana waktu terasa elastis.
Udara sejuk yang wangi—campuran antara aroma kopi pangkat tua, teh melati, dan parfum kayu yang hangat—langsung menyambut. Pencahayaannya temaram dan hangat, sebuah kontras yang menyegarkan dari lampu neon terang di ruang keberangkatan. Desain interiornya modern namun hangat, dengan perpaduan furnishing kulit coklat tua, kayu oak, dan aksen logam yang memberikan sentuhan industrial.
SSID : Bluesky13 / Blueskygate13
Password : Blueskygate13
Beberapa orang duduk tersebar. Seorang eksekutif muda dengan kemeja rapih sibuk dengan laptopnya di sudut yang sunyi, secangkir espresso masih mengepul di sampingnya. Sepasang orang tua asing tampak terlelap nyenyak di kursi leather yang empuk, tas tangan masih erat di genggaman, wajah mereka yang lelah akhirnya menemukan kedamaian. Seorang backpacker dengan ransel besar memandangi langit biru di luar jendela besar, menikmati semangkuk mi instan yang ia temukan di bar makanan—sebuah kenikmatan sederhana yang terasa mewah di sini.
Di bar, barista dengan cekatan menyiapkan minuman. Desisan mesin espresso dan bunyi sendok yang berdenting menambah irama tenang di dalam lounge. Rak-rak dipenuhi dengan pilihan camilan ringan, minuman kaleng dingin, dan aneka kue pastri. Ini bukan kemewahan yang berlebihan, melainkan kenyamanan yang tepat sasaran. Sebuah oasis yang memahami bahwa terkadang, kemewahan terbesar bagi seorang pelancong hanyalah tempat duduk yang nyaman, Wi-Fi yang kencang, dan secangkir kopi panas yang tidak perlu diburu.
Jendela besar lounge membingkai pemandangan apron bandara. Dari sini, siluet pesawat terlihat seperti raksasa logam yang elegan, berlalu-lalang di bawah langit Jakarta yang tak selalu biru, tetapi selalu memesona. Setiap lepas landas dan pendaratan adalah sebuah cerita yang dimulai atau diakhiri.
Blue Sky Lounge di Gate 13 bukan sekadar ruang tunggu. Ia adalah tempat persinggahan singkat untuk mengumpulkan kembali serpihan-serpihan energi yang terkikis perjalanan. Ia adalah membran tipis yang memisahkan antara kesibukan perjalanan dan ketenangan diri. Sebuah pengingat sunyi bahwa sebelum melayang tinggi menembus awan biru, ada baiknya untuk membumi sejenak, menarik napas dalam, dan menikmati secuil kedamaian di ujung terminal.
Di sini, di ruang yang tenang ini, jeda bukanlah penundaan, melainkan persiapan.